This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 26 Desember 2016

Pelepah pisang abaka yang tumbuh di tanah indonesia sudah mendunia menjadi bahan pembuat kertas dolar.

Pernah dengar nama pisang abaka? Seperti nama latinnya, tumbuhan ini bisa jadi bahan dasar pembuatan kertas maupun kain. Bahkan, menurut sejumlah referensi, serat pohon pisang abaka disebut-sebut sebagai bahan pembuat kertas dolar.
Pohon pisang abaka (Musa textilis) termasuk dalam famili Musaceae atau jenis pisang-pisangan. Filipina dan Ekuador disebut-sebut sebagai negara penghasil abaka terbesar di dunia. Filipina, misalnya, dengan ekspor 2.400 ton per tahun diperkirakan menghasilkan devisa mencapai USD 3.060.000. Serat dari batang pisang ini diyakini sebagai bahan baku kertas uang dengan kualitas terbaik, sehingga dipakai untuk mencetak dolar Amerika dan euro.


Untung Seyo Budi dkk, pernah melakukan riset berjudul “Eksplorasi Sumber Genetik Abaca di kepulauan Sanghie-Talaud”. Menurut mereka, kepulauan Sangihe dan Talaud merupakan daerah pertama di Indonesia yang membudidayakan pisang abaka untuk keperluan sehari-hari. Kemudian, penduduk setempat sudah lama memanfaatkan serat abaka untuk pembuatan pakaian adat, tali tambang maupun jaring untuk menangkap ikan.
Dalam riset itu diperoleh 15 aksesi abaca, 8 aksesi di antaranya dari kecamatan Tabukan Utara dan Manganitu di kabupaten Kepulauan Sangihe dan 7 aksesi dari Kecamatan Beo, Rainis dan Esang di Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud.
Mereka menilai, kepulauan Talaud, terutama di pulau Karakelang, merupakan wilayah ideal pengembangan abaka. Sebab, tampilan pohon pisang di daerah ini didapati lebih tinggi dan besar dibanding dengan yang ditemukan di Sangihe.


Sementara, menurut catatan Bank Indonesia, di Desa Esang, Kabupaten Kepulauan Talaud, terdapat setidaknya 150 hektar lahan abaka. Potensi ekonomi dari pemanfaatan pohon ini, membuat Bank Indonesia sejak Mei 2011, telah menjadikan abaka sebagai salah satu produk unggulan di Talaud selain kelapa, cengkih, kopra dan pala.
Bersama pemerintah Kabupaten Talaud, BI membuat Forum Pengembangan Ekonomi Daerah. Pada November 2012, nota kesepahaman ditandatangani Constantine Ganggali, Bupati Talaud saat itu, bersama dengan Suhaedi, kepala BI provinsi Sulawesi Utara. Tujuannya, memberdayakan ekonomi di wilayah perbatasan melalui abaka, sekaligus berusaha mewujudkan Talaud sebagai produsen abaka terbesar kedua di dunia.
Selain itu, diberikan seribu bibit abaka sebagai simbol kerja sama dan dimulainya implementasi program sosial Bank Indonesia di sektor ini. “Bantuan lain adalah alat pemroses serat, mesin pemangkas rumput dan pendampingan berupa pelatihan-pelatihan. Adapula bantuan modal kepada 4 kelompok untuk realisasi pengadaan bibit,” demikian dituliskan dalam Gerai Info, newslatter Bank Indonesia.
Masalah Harga, Bahan Baku dan Pasar
Dalam kenyataannya, upaya pemanfaatan pohon pisang abaka sebagai produk unggulan masih jauh panggang dari api. Sebab, sejumlah narasumber yang ditemui Mongabay Indonesia di Talaud, mengaku menghadapi persoalan teknis hingga ketersediaan bahan baku.
Menurut Jufri Amimang, petani pisang abaka dari desa Esang, masyarakat di desa itu belum begitu tertarik membuka kebun pisang abaka. Harga jual per batang yang dinilai rendah diyakini menjadi sebabnya.
Saat ini, dengan sistem ‘duduk manis’, pisang abaka per batangnya dihargai Rp2000. Dengan sistem ini, masyarakat cukup menyerahkan pohon pisang yang sudah siap dipanen tanpa harus melakukan penebangan pohon, pengangkutan serta penyeratan.
Namun, jika masyarakat mengolah sendiri pisang abaka hingga menjadi serat kering, harga per batangnya menjadi Rp10.000. Persoalannya, ungkap Jufri, masyarakat tidak memiliki alat produksi untuk melakukan pengolahan.


“Selama ini bantuan untuk petani pisang abaka tidak sesuai harapan. Mesin, contohnya, tidak bisa dioperasikan secara maksimal,” ujar Jufri ketika ditemui di Desa Esang, pada pertengahan Juni.
Sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan harga, dia berharap pemerintah kabupaten mau memfasilitasi perluasan areal kebun abaka.  “Produksi bisa bertambah jika pemerintah daerah mau memperluas lahan perkebunan pisang abaka,” demikian dikatakan Jufri.
Sementara itu, Komang Sarda, kepala produksi PT Dharma Bumi Berdikari (DBB), mengungkapkan, hingga saat ini, pihaknya masih mengandalkan hasil panen dari petani. Sedangkan belum banyak petani di Desa Esang yang menanam abaka. Konsekuensi dari kurangnya ketersediaan bahan baku, serat pisang abaka hanya diproduksi 50kg per harinya.
DBB adalah perusahaan yang memproduksi serat pisang abaka, yang beroperasi di desa Esang. Hasil produksi serat abaka itu selanjutnya diekspor ke Jepang. Selain itu, DBB juga membuat tirai dan karpet dari serat pisang abaka.
Menurut Komang, desa Esang sebenarnya sudah ditetapkan sebagai pusat pengembangan abaka. Ditambah lagi, produksi serat pisang abaka dijadikan komoditi unggulan di Kabupaten Kepulauan Talaud.
Berdasarkan informasi yang diketahuinya, pemkab sempat berencana mengembangkan perkebunan pisang abaka hingga 5000 hektar di seluruh Talaud. Namun, persoalannya, pengembangan kawasan di wilayah Esang, yang menjadi pusat produksi, dirasa belum sesuai harapan.
“Pemerintah kabupaten memang melakukan penanaman pisang abaka, namun tidak terpusat di satu lokasi. Sedangkan, yang berproduksi baru di desa Esang dan Rainis. Jadi, petani di daerah lain yang menanam abaka, tidak ada yang ambil. Harusnya pengambangan bisa difokuskan di desa Esang terlebih dahulu,” harap Komang.


Adranius Ontoge, pengrajin pisang abaka dari desa Makatara, menjelaskan, bersama rekan-rekan kelompoknya, ia bisa membuat topi, sandal, serta tas dari serat pisang abaka. Dengan 100 meter serat abaka, mereka bisa membuat tas dalam waktu 2 hari saja.
Namun, selama ini, dia mengaku menghadapi kendala belum terbukanya pasar. Sehingga, mereka hanya memproduksi kerajinan tangan dari serat pisang abaka jika ada pesanan.  Dia percaya jika kedepannya, pemerintah kabupaten memfasilitasi pengrajin pisang abaka dengan membukakan pasar, maka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar semakin bertambah.

Sumber : Googel

Ini lah Perbedaan manfaat telur bebek rebus dengan telur bebek asin




Jakarta - Telur bebek terkenal mengandung protein yang tinggi. Telur dengan cangkang berwarna kebiruan ini juga sering diolah dengan peraman garam. Sama-sama dari telur bebek, tapi apakah kandungan ​nutrisinya ​berbeda?

Telur asin dibuat dari telur bebek yang direndam atau dibaluri dengan adonan garam selama beberapa hari. Cara ini sudah dilakukan sejak zaman dulu untuk mengawetkan telur. Dalam proses pembuatan telur asin, biasanya digunakan tambahan beberapa bahan seperti garam dapur, abu hingga batu-bara. Hal ini tentu berpengaruh juga terhadap kandungan gizinya.



Telur bebek biasanya hanya diolah dengan cara direbus atau digoreng. Sedangkan telur bebek yang sudah diasinkan justru kini banyak diolah menjadi beragam makanan, mulai dari campuran hidangan martabak, seafood, pempek, pasta hingga croissant isi saus telur asin.

"Untuk kandungan protein pada telur bebek rebus dan telur bebek asin tidak jauh berbeda. Namun, proses pengasinan akan meningkatkan kadar natrium (sodium) pada telur asin," tutur Jansen Ongko, ahli gizi yang baru saja meluncurkan buku kesehatan berjudul 'Fit Teens Diary' kepada detikFood (28/03).

Menurut Jansen, dalam 100 gram telur bebek rebus mengandung kalori sebesar 185 Kkal, 12,8 gr protein, 13,8 gr lemak, 1,5 gr karbohidrat, 56 mg kalsium dan 146 mg natrium. Sedangkan untuk 100 gr telur bebek yang sudah diasinkan mengandung 183 Kkal, 12,7 gr protein, 13,6 gr lemak, 1,4 gr karbohidrat, 120 mg kalsium dan 529 mg natrium.



"Peningkatan kadar natrium pada telur bebek asin mencapai 3 kali lipat lebih banyak daripada yang terdapat pada telur bebek rebus. Selain kandungan natrium, pada telur bebek asin juga terjadi peningkatan kalsium mencapai 2 kali lipat dibandingkan dengan telur bebek rebus," jelas pria yang juga gemar berolahraga ini. 

Sumber : detik.com

Selasa, 13 Desember 2016

Sejarah singkat pulau pari


Sejarah singkat Pulau pari kepulauan seribu jakarta indonesia Pada awalnya Pulau Pari adalah sebuah pulau pulau kosong yang tidak berpenghuni dan belum memiliki Nama diberikan nama pada tahun 1900an bisa dipastikan pada masa penjajahan belanda di kawasan tangerang banten dan warga tangerang tersebut melarikan diri ke Pulau Pari untuk menghindari kerja paksa oleh belanda diantaranya yang pertama kali adalah keluarga pak arsyad beserta istri dengan lima anaknya, dinamakan Pulau Pari ini sebab dahulu diwilayah laut dangkal di Pulau Pari banyak sekali ikan pari kerena itu Di sebutlah Pulau Pari.
Setelah beberapa tahun Pulau Pari dihuni oleh warga tangerang tersebut dan berbondong – bondong ke Pulau Pari untuk menghidari kerja paksa, keharmonisan dan kerukunan ketentraman warga Pulau Pari membuat warga tangerang merasa nyaman tinggal di Pulau pari, dan akhirnya setelah belanda meninggalkan indonesia maka jepang sebagai pengantinya dan ditemukanlah oleh warga jepang bahwa ada banyak warga tangerang yang nenetap dipulau pari akhirnya warga Pulau pari dipaksa oleh jepang untuk menjadi nelayan tanpa dibayar satu sepeserpun untung saja hal tersebut tidak berlangsung lama karna segera merdeka indonesia
Lambat laun Perkembangan jaman mulai berubah warga Pulau pari mulai berfikir untuk mengembangkan budaya alamnya diperairan sekitar dengan bercocok tanam rumput dari beberapa jenis termasuk jenis rumput laut bali hijau,kelabu, dan merah dengan memanfaatkan alam sekitar ternyata dari hal tersebut ternyata Pulau pari mendapat dukungan dari pemerintah DKI jakarta dan pemerintah membangun pusat penelitian untuk rumput laut yang dimotori oleh lembaga pengetahuan indonesia
LIPI yang didirikan disebelah barat Pulau Pari yang diresmikan oleh gubernur ali sadikin yang difungsikan sebagai tempat penelitian rumput laut,
Ternyata keberhasilan pulau Pari dibidang rumput laut maju dengan pesat dari hasil rumput laut yang berada di Pulau Pari tersebut dicoba kembali dibeberapa Pulau yang berada di Perairan Pulau seribu seperti Pulau Tidung , Pulau Pramuka, Pulau payung, dan Pulau – Pulau Yang lainya dan sukses pada tahun 1998 sampai tahun 2000 hanya berjalan dua tahun saja karena faktor limbah yang tidak bisa membuat agar tersebut bisa tumbuh tapi Pulau Pari tetap bertahan walau ada beberapa tanaman agar- agar di Pulau Pari yang terkena limbah tapi normal kembali dan musim juga sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan rumput laut yang berada di Pulau Pari sampai sekarang rumput laut di Pulau pari tetap masih di budidayakan.